<<<back Home next>>>
KONON Kabarnya, menurut para ahli, mutiara yang mahal itu berasal dari masuknya sebutir pasir kedalam tiram yang terbuka. Pasir yang masuk ini ternyata menimbulkan sakit yang luar biasa sehingga untuk menahan rasa sakit tersebut sang tiram membungkus pasir itu dengan "air liurnya" terus menerus selama bertahun-tahun. Sebutir pasir yang terus menerus dibungkus dengan "air liurnya" tiram tersebut, secara tidak sadar telah menghadirkan mutiara yang indah dan mahal harganya.
Terkadang hidup ini perlu merasakan sakit dan ujian bahkan jatuh hingga titik nol untuk menemukan esensi nilai hidup itu sendiri. Billi P.S. Lim dalam bukunya Dare to Fail mengatakan bahwa banyak orang menerjemahkan ujian hidup dan penderitaan sebagai suatu bagian dari kegagalan hidup. Itulah sebabnya ia mengatakan "no failure, only succes delayed" (Tidak ada kegagalan, melainkan hanya sukses yang tertunda).
Seorang profesor pernah menerangkan bagaimana perak harus dimurnikan sebanyak tujuh kali. Perak yang masih kotor harus dipanaskan dan dilelehkan, karena perak berberat jenis cukup besar, maka ketika dipanaskan dia akan turun dan kotorannya akan naik. Saat itulah, kotoran-kotoran yang sudha naik tersebut disaring dan dibersihkan. Setelah mengalami pembersihan tahap pertama, maka kembali perak itu dicairkan untuk kedua kalinya lalu disaring kembali. Hal ini harus dilakukan berulang kali untuk mencapai tingkat kemurnian yang diharapkan. Setelah tujuh kali, barulah perak itu murni, tinggal menyisihkan kotoran-kotoran yang halusnya saja.
Alhasil, setelah melalui berkali-kali proses pembersihan, perak itu bisa begitu cemerlang bagaikan cermin. Padahal, ketika maih kotor, betapa sulitnya untuk bercermin pada perak tersebut. Dari sana dapat kita mabil hikmah, bahwa ketika "kotoran hidup" (Karakter, watak dan kebiasaan negatif sulit lekang sekalipun sudah berkali-kali berusaha untuk meninggalkannya), maka kita tampaknya perlu masuk dapur api pengujian hidup agar dapat menemukan kembali makna hidup itu sendiri.
Bagaimana memaknai setiap ujian hidup menjadi sangat berarti bagi kita untuk meraih dan menikmati hikmahnya. Seorang rekan sesama traininer (instruktur) yang selalu aktif dengan omset besar pada akhir tahun lalu harus opname dirumah sakit selama beberapa minggu karena serangan stroke ringan, selain itu beliau pun harus menjalani fisioterapi pasca opname. Rekan ini sangat bersyukur dengan kondisi sakitnya itu, karena menginap di rumah sakit rupanya menjadi waktu yang indah untuk menikmati arti hidup dan tujuan hidup.
"Ternyata, harta dan omset bukan segala-galanya. Bukankah ketika mati lampu adalah kesempatan bagi kita untuk menikmati indahnya terang?" demikian tuturnya. Apa masalah kita saat ini ? Keluarga yang tidak harmonis ? Anak yang susah diatur ? Atau karir yang tidak berjalan mulus ?
Tampaknya, kita perlu merenungkan kembali bahwa matahari akan selalu tetap bersinar. Seandainya saat ini mendung, bukan berarti matahari berhenti bersinar. Mungkin ini kesempatan untuk menikmati keteduhan, barang sejenak melakukan refleksi hidup, atau Sang Pencipta hendak "berbicara" banyak kepada kita karena ketika kita sibuk ada kalanya tak terdengar.
Seperti halnya saat ini di Bulan Ramadhan 1432 H, bagi umat muslim yang menjalankannya. Saat ini waktunya merefleksikan diri dengan menyadari bahwa saat ini kita diuji dengan segala sesuatunya yang berkaitan dengan semua masalah keluarga, karir ataupun bahkan tugas dan pekerjaan kita yang secara rutinitas banyak sekali memerlukan konsentrasi yang kuat, namun disisi lain dalam bulan ini merupakan kesempatan yang sangat luar biasa untuk bisa merefleksikan diri dengan keadaan dan ibadah yang dijalani sehingga pada akhirnya nanti mendapatkan kemenangan yang luar biasa....
Itulah sebabnya, seorang Sufi pernah mengajarkan bahwa ketika ujian hidup datang, jangan berdoa kepada Sang Pencipta supaya ujian itu berlalu. Melainkan berdoalah, "Wahai, Yang Maha Pencipta. Berikanlah kekuatan kepadaku untuk melalui dan menghadapi ujian hidup ini."
KONON Kabarnya, menurut para ahli, mutiara yang mahal itu berasal dari masuknya sebutir pasir kedalam tiram yang terbuka. Pasir yang masuk ini ternyata menimbulkan sakit yang luar biasa sehingga untuk menahan rasa sakit tersebut sang tiram membungkus pasir itu dengan "air liurnya" terus menerus selama bertahun-tahun. Sebutir pasir yang terus menerus dibungkus dengan "air liurnya" tiram tersebut, secara tidak sadar telah menghadirkan mutiara yang indah dan mahal harganya.
Terkadang hidup ini perlu merasakan sakit dan ujian bahkan jatuh hingga titik nol untuk menemukan esensi nilai hidup itu sendiri. Billi P.S. Lim dalam bukunya Dare to Fail mengatakan bahwa banyak orang menerjemahkan ujian hidup dan penderitaan sebagai suatu bagian dari kegagalan hidup. Itulah sebabnya ia mengatakan "no failure, only succes delayed" (Tidak ada kegagalan, melainkan hanya sukses yang tertunda).
Seorang profesor pernah menerangkan bagaimana perak harus dimurnikan sebanyak tujuh kali. Perak yang masih kotor harus dipanaskan dan dilelehkan, karena perak berberat jenis cukup besar, maka ketika dipanaskan dia akan turun dan kotorannya akan naik. Saat itulah, kotoran-kotoran yang sudha naik tersebut disaring dan dibersihkan. Setelah mengalami pembersihan tahap pertama, maka kembali perak itu dicairkan untuk kedua kalinya lalu disaring kembali. Hal ini harus dilakukan berulang kali untuk mencapai tingkat kemurnian yang diharapkan. Setelah tujuh kali, barulah perak itu murni, tinggal menyisihkan kotoran-kotoran yang halusnya saja.
Alhasil, setelah melalui berkali-kali proses pembersihan, perak itu bisa begitu cemerlang bagaikan cermin. Padahal, ketika maih kotor, betapa sulitnya untuk bercermin pada perak tersebut. Dari sana dapat kita mabil hikmah, bahwa ketika "kotoran hidup" (Karakter, watak dan kebiasaan negatif sulit lekang sekalipun sudah berkali-kali berusaha untuk meninggalkannya), maka kita tampaknya perlu masuk dapur api pengujian hidup agar dapat menemukan kembali makna hidup itu sendiri.
Bagaimana memaknai setiap ujian hidup menjadi sangat berarti bagi kita untuk meraih dan menikmati hikmahnya. Seorang rekan sesama traininer (instruktur) yang selalu aktif dengan omset besar pada akhir tahun lalu harus opname dirumah sakit selama beberapa minggu karena serangan stroke ringan, selain itu beliau pun harus menjalani fisioterapi pasca opname. Rekan ini sangat bersyukur dengan kondisi sakitnya itu, karena menginap di rumah sakit rupanya menjadi waktu yang indah untuk menikmati arti hidup dan tujuan hidup.
"Ternyata, harta dan omset bukan segala-galanya. Bukankah ketika mati lampu adalah kesempatan bagi kita untuk menikmati indahnya terang?" demikian tuturnya. Apa masalah kita saat ini ? Keluarga yang tidak harmonis ? Anak yang susah diatur ? Atau karir yang tidak berjalan mulus ?
Tampaknya, kita perlu merenungkan kembali bahwa matahari akan selalu tetap bersinar. Seandainya saat ini mendung, bukan berarti matahari berhenti bersinar. Mungkin ini kesempatan untuk menikmati keteduhan, barang sejenak melakukan refleksi hidup, atau Sang Pencipta hendak "berbicara" banyak kepada kita karena ketika kita sibuk ada kalanya tak terdengar.
Seperti halnya saat ini di Bulan Ramadhan 1432 H, bagi umat muslim yang menjalankannya. Saat ini waktunya merefleksikan diri dengan menyadari bahwa saat ini kita diuji dengan segala sesuatunya yang berkaitan dengan semua masalah keluarga, karir ataupun bahkan tugas dan pekerjaan kita yang secara rutinitas banyak sekali memerlukan konsentrasi yang kuat, namun disisi lain dalam bulan ini merupakan kesempatan yang sangat luar biasa untuk bisa merefleksikan diri dengan keadaan dan ibadah yang dijalani sehingga pada akhirnya nanti mendapatkan kemenangan yang luar biasa....
Itulah sebabnya, seorang Sufi pernah mengajarkan bahwa ketika ujian hidup datang, jangan berdoa kepada Sang Pencipta supaya ujian itu berlalu. Melainkan berdoalah, "Wahai, Yang Maha Pencipta. Berikanlah kekuatan kepadaku untuk melalui dan menghadapi ujian hidup ini."
Selamat merenungkan dan meraih makna hidup melalui ujian hidup.
"SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA"
RAMADHAN 1433 H / 2012
<<<back Home next>>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar