<<<back Home next>>>
Di tahun 1600 yang penuh pergolakan, seorang pemuda menceburkan diri ke dalam Pertempuran Sekigahara, tanpa menyadari betul apa yang diperbuatnya. Setelah pertempuran berakhir, ia mendapati dirinya terbaring kalah dan terluka di tengah ribuan mayat yang bergelimpangan. Dalam perjalanan pulang, ia melakukan tindakan gegabah yang membuatnya menjadi buronan – hingga seorang pendeta Zen berhasil menaklukannya.
Lambat laun ia mengerti bahwa mengikuti jalan pedang bukan sekedar mencari sasaran untuk mencoba kekuatannya. Ia terus mengasah kemampuan, belajar dari alam dan mendisiplinkan diri untuk menjadi manusia sejati. Ia menjadi pahlawan yang tidak mau menonjolkan diri bagi orang-orang yang hidupnya telah ia sentuh atau telah menyentuh dirinya.
Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari seorang Miyamoto Musashi. Bahkan prinsip-prinsip hidupnya masih bisa kita temukan di buku-buku kepemimpinan dan pengembangan diri yang banyak diminati masyarakat Jepang hingga saat ini. Salah satu falsafah hidup yang melekat kuat dari diri Musashi adalah, Ia bertanggung jawab 100% bagi hidupnya. Tidak menyerahkan kendali hidupnya pada orang lain, tidak menyalahkan siapa pun atas kegagalannya. Ketika dia dijebak oleh musuhnya yang jelas-jelas adalah sebuah tindakan curang dan tidak kesatria hingga hampir terbunuh, yang dia lakukan adalah introspeksi diri, bukan menyalahkan tindakan jahat musuh-musuhnya itu.
Ya, tanpa disadari kita juga suka melakukan itu. Menyalahkan orang lain untuk ketidak berhasilan kita. Saat target penjualan tidak tercapai, kita menyalahkan tim penjualan kita, bahkan menyalahkan gubernur, mentri perdagangan, hingga presiden yang dianggapnya tidak mampu membuat iklim ekonomi yang kodusif bagi pebisnis dalam negeri. Kalau memang itu yang terjadi, lalu kenapa pesaing kita berhasil mencapai target penjualannya, bukan kah mereka juga tinggal dan berbisnis di negara yang sama? Tentu saja sikap menyalalahkan pihak lain akan ketidak berhasilan kita itu tidak bijak. Itu seperti memecahkan cermin karena wajah kita tidak cantik atau tampan.
Pembaca yang baik, kalau pun Anda bukan seorang samurai seperti Musashi, tetaplah harus bertanggung jawab 100% pada diri sendiri. Tidak menyalahkan siapa pun atas ketidak berhasilan Anda. Bukankah pelajaran hidup tentang bertanggung jawab pada diri sendiri sudah disampaikan oleh leluhur kita Nabi Adam? Beliau tidak menyalahkan setan yang sudah menggodanya mendekati buah terlarang hingga atas perbuatnnya itu beliau harus berpindah dari surga ke bumi. Nabi Adam mengambil tanggung jawab atas kehilafannya itu dan memohon ampun pada Tuhan.
<<<back Home next>>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar