<<<back Home next>>>
Seorang ayah memenuhi janjinya untuk mengajak anaknya pergi memancing. Dengan bersusah hati diantara schedulenya yang padat, si ayah berusaha mengambil cuti. Dan akhirnya, berangkatlah ia dengan anaknya, untuk pergi memancing. Seharian mereka memancing, tetapi t
Pada bulan berikutnya, Sang ayah berusaha untuk menyempatkan lagi waktu untuk memancing diantara jadwal yang padat juga, sama dengan kejadian sebelumnya. Sang ayah pun tida k mendapatkan ikan dan masih marah-marah juga.
Puluhan tahun berlalu, ternyata pengalaman ini dicatat oleh mereka masing-masing dalam diary harian mereka. Ketika dibaca ulang, diary si ayah bunyinya begini, “Kurang ajar. Hari yang sial! Saya sudah cuti seharian untuk memancing, ternyata tida k mendapatkan seekorpun. Sebel banget!” Sementara itu, diary anaknya pun dibuka, ternyata kalimatnya, “Terima kasih Tuhan. Hari yang luar biasa. Saya pergi memancing bersama ayah. Meskipun tida k mendapatkan seekor ikanpun, tetapi saya punya kesempatan ngobrol-ngobrol banyak dengan ayah. Sangat menyenangkan!”
Pembaca, betapa berbedanya sudut pandang si ayah dengan si anaknya. Bagi si ayah, yang terpenting adalah mendapatkan ikan-ikan, sementara bagi si anak, justru pengalaman memancing bersama ayahnya itulah yang menyenangkan. Itulah orang-orang yang seringkali bicarakan di dalam seminar dan training satunya lebih menghargai ‘milestones’ (hasil/puncak tertinggi/tonggak sejarah) sementara lainnya, lebih menghargai ‘moments’ (kejadian).
Kejadian ini sebenarnya mengingatkan seorang motivator saat punya pengalaman bertemu dengan seorang Manager sebuah perusahaan ritel, dimana ia sangat sukses dan berhasil tetapi dalam konselingnya dengan motivator, mukanya tampak letih. Singkatnya, ia mengatakan, “Aku capek, sangat keletihan. Hidupku rasanya bergerak dari satu target ke target lainnya”. Tida klah mengherankan bagi motivator kalau si Manager ini mulai keletihan hidupnya. Yang muncul adalah perasaan kasihan karena hidupnya hanyalah kumpulan dari gol satu ke gol lainnya. Bahkan, dengan keluarganya pun ia hampir tida k mempunyai waktu. Bahkan, untuk jalan-jalan dengan keluarganya saja, ia harus menjadwalkan, seakan-akan menset target apa yang harus dicapai dalam piknik keluarganya, dll. Sungguh meletihkan sekali melihat hidupnya!
Pelari Marathon atau Pendaki Gunung?Metafora ini kita gunakan hanya untuk menggambarkan dua jenis orang di dalam menikmati hidupnya. Yang pertama, kita umpamakan seperti seorang pelari marathon. Kita coba lihat pertandingan dalam lomba marathon, dan itu sangat menyenangkan. Saat mengikuti merathon, kita berlari dengan serius. Terfokus pada satu titik ke titik yang lain, hingga selesai. Bahkan, penonton yang di tepi jalanpun kita cuekin. Kita hanya terfokus untuk berlari dan akhirnya bisa sampai ke garis finish. Singkat cerita, inilah tipe yang kita anggap mewakili orang yang hidupnya hanya dari satu ‘milestones’ (hasil/tonggak sejarah) ke ‘milestone’ yang lainnya.
Bandingkanlah gaya pelari marathon ini dengan gaya seorang pendaki gunung. kita pernah punya berkesempatan mendaki gunung. Sungguh pengalaman yang agak berbeda dengan pengalaman jadi pelari marathon. Dalam mendaki gunung, kita memang punya tujuan yang harus dicapai, yakni puncaknya yang cukup tinggi. kelihatan lebih sulit medannya, naik dan resikonya cukup tinggi jika dibandingkan dengan medan lari marathon yang hanya lurus.
Pembaca, betapa berbedanya sudut pandang si ayah dengan si anaknya. Bagi si ayah, yang terpenting adalah mendapatkan ikan-ikan, sementara bagi si anak, justru pengalaman memancing bersama ayahnya itulah yang menyenangkan. Itulah orang-orang yang seringkali bicarakan di dalam seminar dan training satunya lebih menghargai ‘milestones’ (hasil/puncak tertinggi/tonggak sejarah) sementara lainnya, lebih menghargai ‘moments’ (kejadian).
Kejadian ini sebenarnya mengingatkan seorang motivator saat punya pengalaman bertemu dengan seorang Manager sebuah perusahaan ritel, dimana ia sangat sukses dan berhasil tetapi dalam konselingnya dengan motivator, mukanya tampak letih. Singkatnya, ia mengatakan, “Aku capek, sangat keletihan. Hidupku rasanya bergerak dari satu target ke target lainnya”. T
Pelari Marathon atau Pendaki Gunung?Metafora ini kita gunakan hanya untuk menggambarkan dua jenis orang di dalam menikmati hidupnya. Yang pertama, kita umpamakan seperti seorang pelari marathon. Kita coba lihat pertandingan dalam lomba marathon, dan itu sangat menyenangkan. Saat mengikuti merathon, kita berlari dengan serius. Terfokus pada satu titik ke titik yang lain, hingga selesai. Bahkan, penonton yang di tepi jalanpun kita cuekin. Kita hanya terfokus untuk berlari dan akhirnya bisa sampai ke garis finish. Singkat cerita, inilah tipe yang kita anggap mewakili orang yang hidupnya hanya dari satu ‘milestones’ (hasil/tonggak sejarah) ke ‘milestone’ yang lainnya.
Bandingkanlah gaya pelari marathon ini dengan gaya seorang pendaki gunung. kita pernah punya berkesempatan mendaki gunung. Sungguh pengalaman yang agak berbeda dengan pengalaman jadi pelari marathon. Dalam mendaki gunung, kita memang punya tujuan yang harus dicapai, yakni puncaknya yang cukup tinggi. kelihatan lebih sulit medannya, naik dan resikonya cukup tinggi jika dibandingkan dengan medan lari marathon yang hanya lurus.
Kalo kita puncaknya yang tinggi dengan perasaan tanpa semangat, pasti kita tida k akan bisa dan tidak akan sanggup untuk mencapainya.
Tetapi dengan penuh semangat kita bisa mencapainya dengan berbagai cara. Sepanjang perjalanan, kita bisa bernyanyi-nyanyi, saling bercerita bahkan sesekali berhenti sejenak jika ada sesuatu yang menarik untuk dinikmati. Sungguh menyenangkan berkesempatan menikmati satu demi satu tempat yang kami lalui. Dan inilah metafora yang kita anggap mewakili orang yang hidupnya bisa bergerak dari ‘moment’ ke ‘moment’. Dan akhirnya kita tetap bisa mencapai Puncak Gunung tanpa melewatkan moment yang sangat menarik yang ada disekeliling kita.
Nah, dengan kedua metafora tersebut, kita ingin mengajak semua untuk merefleksikan bagaimanakah kecenderungan sikap kita dalam menghadapi hidup ini, dalam menyikapi pekerjaan kita, dalam menyikapi Gol-gol atau target-target, Mensikapi karyawan banyak, mensikapi proses perkembangan anak? Mensikapi pimpinan, Mensikapi orang tua kita dan keluarganya seperti ‘milestones’.
Memang fokus utama kita tetap goal atau garis finish karena ini merupakan tujuan utama, tanpa itu semua bisa hilang semua. Kita perlu berusaha untuk mencapainya dengan sungguh-sungguh.
Namun apabila hal tersebut dilakukan terus menerus tanpa adanya suatu relaksasi atau menikmati "momment" yang menyenangkan, nanti kita banyak kehilangan sisi menyenangkan (fun) dalam hidup ini. Bayangkanlah seorang manager yang stres dan mulai kebosanan karena hidupnya hanya dari satu KPI (Key Performance Indicator) ke KPI lain, satu scorecard ke scorecard yang lain. Ataupun, bayangkan seorang tua yang melihat anaknya seperti sesuatu target yang bergerak. Akan sangat meletihkan.
Kita tetap bisa dan harus mencapai puncak gunung impian seperti tujuan/goal/target yang harus dicapai tanpa kehilangan kesempatan untuk menikmati ”moment”, dengan begitu kita bisa mencapai yang lebih baik. Kita bisa mencapai ‘gunung impian’ kita tanpa kehilangan kesempatan untuk berhenti, menikmati indahnya pemandangan dan bercanda ria.
Kita tetap bisa dan harus mencapai puncak gunung impian seperti tujuan/goal/target yang harus dicapai tanpa kehilangan kesempatan untuk menikmati ”moment”, dengan begitu kita bisa mencapai yang lebih baik. Kita bisa mencapai ‘gunung impian’ kita tanpa kehilangan kesempatan untuk berhenti, menikmati indahnya pemandangan dan bercanda ria.
Tujuan atau Goal ini merupakan fokus yang harus kita capai. Berbagai tahapan harus kita lalui untuk mencapainya seberapapun sulitnya, namun ada yang perlu kita ingat bahwa dalam proses pencapaian untuk mendapatkan “Milestones”, kita jangan sampai harus kehilangan “moments ” penting. Ada banyak cara dalam menikmati moment-moment tersebut.
Dalam waktu longgar kita bisa relaksasi menikmati indahnya alam dan taman-taman, kita bisa bantu menjaga kelestarian lingkungan dan menikmati sejuknya udara.
Bisa juga untuk menumbuhkan semangat, kita bisa berolahraga bersama dengan teriakan canda tawa, kita bisa membuat hati gembira ataupun moment-moment lain bersama teman-teman utk relax, moment berkumpul dengan keluarga, berhenti sejenak dengan hiburan, menyanyi bersama, merayakan ulang tahun bersama, atau hal-hal lain yang bisa memberikan arti penting bagi kita semua.
ini semua akan membuat hidup kita menjadi luar biasa dan senantiasa bergairah dan penuh semangat.
untuk bekerja. Nah para pembaca,
Marilah kita coba!!!! Dan tetap semangat untuk bekerja.
Baca Artikel Motivasi lain klik di sini atau Baca Kumpulan Artikel Motivasi
<<<back Home next>>>
Baca Artikel Motivasi lain klik di sini atau Baca Kumpulan Artikel Motivasi
========================================================
postted by Blog's administrator. SMS Center 085641070202
Tidak ada komentar:
Posting Komentar