Link Halaman

Statistik Kunjungan Situs

SLOW TO JUDGE OTHER


(Sebuah refrensi kehidupan berorganisasi untuk lebih resposif dari pada reaktif)
Seorang suami yang telah lama jengkel dengan ketulian istrinya akhirnya menceritakan nasib sialnya ini kepada dokter keluarga mereka. Sang dokter bertanya seburuk apa ketulian yang dialami istrinya ? Sang suami tidak mampu menjelaskannya. Sang dokter akhirnya memberikan nasihat agar ketika pulang nanti sang suami berusaha mengecek seberapa jauh jarak minimal yang dibutuhkan agar sang istri dapat mendengar suara suaminya. Sang suami berpikir bahwa ini merupakan ide yang bagus. Ketika keluar dari mobilnya yang ia parkir didepan rumah sang suami berteriak kepada istrinya yang masih berada di dapur, hari ini kita makan apa? Ia menunggu dan tidak mendengar jawaban. Ia kemudian berjalan menuju pintu depan rumah dan sekali lagi berteriak, namun sayangnya tetap tidak terdengar jawaban. Ia kemudian berjalan menuju ruang tamu dan sekali lagi berteriak dengan keras namun sekali lagi tidak terdengar jawaban. Akhirnya, dengan putus asa, ia membuka pintu dapur dan sekali lagi berteriak dengan lantang, hari ini kita makan apa? Dan dengan tersenyum sang istri menjawab, Soto ayam sayang dan ini kali keempat saya menjawab pertanyaannmu.Seorang istri mengeluh kepada suaminya katanya, “waduh Pak, pembantu kita baru saja menggondol dua handuk baru kita.” Dengan suara marah sang suami berkata, “memang dasar pembantu jaman sekarang, sikapnya selalu tidak terpuji...ngomong-ngomong handuk mana yang digondolnya?” Sang istri menjawab, Handuk-handuk yang kita ambil di HardStone Hotel Pak,

Dua cerita diatas memberikan percikan kisah yang bisa dikatakan lucu dan aneh, namun terjadi disekeliling kita. Ada sedikit makna yang mendalam dari judul diatas, jangan cepat menghakimi orang lain, berhentilah dahulu untuk merenung apakah kesalahan ada pada diri anda. Seringkali langkah yang satu ini dapat menyelesaikan masalah yang tidak perlu terjadi.
Dan yang kedua adalah, jangan cepat menuduh , seringkali kitalah yang memberi contoh yang salah terlebih dahulu kepada orang lain. Pikirkan konflik yang terjadi disekeliling anda, mungkinkan permasalahan itu sebenaranya ditimbulkan oleh diri Anda sendiri ? Sediakan waktu untuk meminta maaf dan belajar untuk tidak terlalu cepat menghakimi sebelum mengoreksi diri sendiri.

Dalam buku laris 7 Habits of Highly Effective People, penulis buku terkenal Steven Covey menceritakan mengenai seorang bapak dengan tiga orang anak yang sedang berada didalam subway di pusat kota New York pada suatu pagi. Ketiga anaknya menunjukan sikap kurang ajar dan tidak dapat diatur. Mereka berteriak-teriak, saling kejar mengejar, sehingga suasana dikereta bawah tanah itu terlihat sangat bising. Beberapa orang dengan tatapan mata menyindir kearah sang bapak seakan-akan ingin memberitahukan agar sang bapak cepat menenangkan anak-anaknya. Seorang penumpang akhirnya kehilangan kesabarannya dan langsung menegur sang bapak untuk dengan segera mengatasi keributan yang ditimbulkan oleh anaknya. Sang bapak menengok kearah orang yang menegurnya dengan tatapan hampa dan berkata, “maafkan saya dan maafkan anak-anak saya. Kami baru saja pulang dari rumah sakit, ibu anak-anak ini baru saja meninggal, saya tidak tahu bagaimana menenangkan anak-anak ini.” Anda mungkin jengkel mendengar cerita kenakalan anak-anak ini sampai anda mengetahui bahwa mereka baru saja mendapat berita yang mengguncang hati mereka. Seketika itulah anda merasa iba dan kemarahan anda menyurut, inilah yang sering disebut Paradigm Shift (perubahan paradigma).

Poin yang dapat kita renungkan dalam menjalankan sistem managerial yang baik dengan situasi dan permasalahan yang kompleks dan terus datang bertubi-tubi adalah dengan keyakinan dan pandangan  anda yang dapat berubah seketika (Perubahan paradigma) akibat anda mengetahui informasi tambahan yang sebelumnya menutup pemikiran dan paradigma yang sebenarnya. Jadilah manusia yang lebih resposif dibanding rekatif, dengan demikian anda lebih bijak menyikapi hal-hal yang terjadi disekeliling anda. Seringkali kita belum mengetahui duduk perkara dari setiap masalah, oleh sebab itu lambanlah untuk menghakimi orang, pahamilah orang lain maka anda pun akan mudah dipahami.

Mamahami bukan berarti mentoleransi suatu masalah dan kesalahan, namun dengan mamahami akan mendapatkan banyak pemikiran dan akhirnya mampu memberi dan menjadikan kebijaksanaan yang bermanfaat dan dinikmati oleh banyak orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar