Link Halaman

Statistik Kunjungan Situs

Sekarang "Sudah" Mudik, Tahun depan mudik lagi

<<<back   Home  next>>>



Tanggal 16 Agustus 2012 sampai 27 Agustus 2012, baru saja kebanyakan orang mendapatkan liburan yang panjang..., ini berkaitan dengan setiap perusahaan atau instansi meliburkan karyawannya untuk berlebaran. Apapun makna dan tujuan dari adanya libur panjang ini, pastinya dinikmati oleh semua kalangan, terutama para karyawan yang kesehariannya bekerja dan mengabdi disebuah perusahaan untuk terus bercocok taman dilahan yang menjadi ladang dalam mencari penghasilan.

Setelah kurang lebih 8 hari mendapatkan liburan, tentunya setiap orang memanfaatkannya dengan berbagai kegiatan, ada yang memanfaatkan waktu dengan terus berbisnis bagi pedagang, atau ada juga yang mengisi waktu liburnya dengan “Mudik” kerumah Orang Tua (Kota asalnya) untuk sekedar bersilaturami dengan sanak saudara yang ada dikampung halaman, karena ini merupakan wujud dari perayaan hari Lebaran. Namun ada juga yang berlibur kesuatu tempat hanya dengan maksud untuk me-refresh kepenatan selama bekerja, sehingga bisa bernostalgia dan mendapatkan kenangan indah selama masa liburan.

Para pembaca yang terus terinspirasi stimulus yang positif, dari cerita mudik yang sudah kita nikmati bersama, ada satu hal yang memberikan makna yang baik dalam memberikan pengembangan pemikiran untuk menjadi lebih baik dengan perenungan dan memaknai setiap langkah kita ketika melakukan aktivitas atau kegiatan....semoga sepenggal cerita ini memberikan semangat yang positif dan spirit untuk terus berkembang dan maju dengan kesuksesan yang hakiki...

Seorang tentara bergegas pulang kerumah dari medan perang karena ayahnya sakit keras dan mungkin akan segera meningggal. Pengecualian itu diberikan bagi dia karena ia adalah anak satu-satunya yang dimiliki sang ayah yang sebatang kara. Kepulangannya dari medan perang bertepatan pula dengan hari Lebaran yang jatuhnya hampir bersamaan.

Ketika ia menuju ruang gawat darurat, tiba-tiba ia melihat bahwa ayahnya dalam keadaan kritis lengkap dengan selang-selang dan tabung-tabung penyelamat. “Berapa lama lagi ia akan bertahan hidup?” tanyanya kepada dokter, “Tidak lebih dari beberapa jam lagi,” dokter tersebut menjawab dengan sedih. Tentara tersebut lalu maju dan memegang tangan ayahnya yang sudah mengecil itu sambil berkatapelan, “Pak, saya disini. Saya kembali!”.

Orang tuanya yang akan meninggal tersebut memegang tangan anaknya. Matanya sudah tidak lagi dapat terbuka untuk melihat sekelilingnya. Akan tetapi, terbersit senyum yang mekar dari wajahnya menunjukan rasa puas. Senyum itu tetap tinggal di wajahnya sampai ia meninggal satu jam kemudian. Dia pergi meninggalkan dunia ini dengan penuh kebahagiaan, karena keinginannya untuk bersama dengan anak tunggalnya pada detik-detik terahir dan suasana lebaran terahir terpenuhi. Di pihak lain, si anak juga berbahagia karena bisa menghantarkan kepergian sang ayah dalam suasana Hari Kemengangan yang sudah puluhan kali ia lewati tanpa bersama ayahnya.

Mudik merupakan fenomena sosial yang menunjukkan ikatan kekeluargaan yang sangat kental, khususnya di Indonesia. Hal ini disebabkan karena mudik berkembang bukan sekedar fenomena sosial, melainkan sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian besar mesyarakat pada saat menghadapi hari-hari besar agama.
Sekalipun meraka harus berdesak-desakan antri untuk memperoleh tiket dan menempuh perjalanan yang macet dan melelahkan, namun akhirnya semua itu sirna begitu saja setibanya di tempat tujuan. Kebahagiaan bertemu dengan orangtua atau sanak saudara di kampung halaman dalam sekejap telah menghilangkan segala keluhan tentang perjalanan mudik yang begitu ruwet. “Di sinilah seninya mudik!”

Setelah sekian lama berada dikampung halamannya, maka setiap pemudik mengingat untuk kembali ke asalnya (arus balik), karena disanalah kebahagiaan muncul melalui perjuangan hidup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan merenda masa depan yang gemilang. Tidak heran pula jika mudik diibaratkan mendaki puncak gunung, dan setelah tiba di sana kita tidak bekerja melainkan menikmati pemandangan dan kebersamaan yang menakjubkan. Namun, tidak berlama-lama di puncak gunung, karena dalam waktu yang relatif singkat harus turun kembali ke lembah karena disanalah lahan kita untuk bercocok taman.

Mudik merupakan fenomena yang mengingatkan kita tentang kembali ke asal, dimana kita bersenandung dan bernostalgia dengan kebersamaan yang dilalui bersama dengan keluraga dan sanak saudara, yang kemudian kita sangat sadari betul harus kembali keasal (arus balik) dengan semangat dan pikiran baru serta siap dan sangat siap memberikan pengembangan yang lebih baik dengan inspirasi-inspirasi yang terstimulus oleh segarnya kembali pikiran kita setelah mengalami kebahagiaan dalam kebersamaan keluarga dan nostalgia di kampung halaman. Dimana merupakan satu tujuan untuk mendapatkan kesuksesan hingga puncak karir sampai penguhujung karir. Lahan bercocok tanam menunggu kita untuk diproses dengan inovasi dan pengembangan baru untuk lebih inovatif dan menghasilkan produk-produk berkualitas untuk kita bagikan cerita dan nostalgia kepada para orangtua dan sanak saudara pada mudik-mudik ditahun berikutnya...dan tahun berikutnya lagi....
Kalau anda hidup untuk dunia mendatang, Anda peroleh yang sekarang ini sebagai satu paket.
Akan tetapi, kalau anda hanya hidup untuk dunia yang sekarang, anda kehilangan kedua-duanya (CS. Lewis)

Baca Artikel Motivasi lain klik di sini atau Baca Kumpulan Artikel Motivasi

<<<back   Home  next>>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar