Link Halaman

Statistik Kunjungan Situs

TEBING BUNGA LILY

<<<back  Home  next>>>

Dikisahkan, d tepian tebing yang terjal dan terpencil, tumbuhlah satu tunas bunga lily. Saat tunas bunga lily mulai bertumbuh, dia tampak seperti sebatang rumput biasa. Walau tampak sebatang rumput biasa, si tunas muda itu merasa yakin bahwa suatu saat nanti dirinya akan berubah menjadi bunga lily yang cantik mempesona. Tetapi rumput-rumput liar di sekitarnya menertawakan dan mengejeknya. Bahkan burung-burung dan serangga pun menasihatinya supaya si tunas lily berhenti bermimpi menjadi bunga yang indah. Kata mereka, “Sekalipun kamu bisa mekar menjadi bunga lily yang cantik, tetapi karena kamu berada di tebing yang terpencil, maka tidak ada seorang pun yang akan datang melihat dan menikmati keindahanmu.”
Diejek seperti itu, tunas bunga lily tetap diam. Bahkan ia semakin rajin menyerap air dan memanfaatkan sinar matahari untuk memperkuat pertumbuhan akar dan batangnya. Akhirnya, suatu pagi di musim semi, kuncup pertama pun mulai bertumbuh. Bunga lily merasa senag sekali. Usahanya tidak sia-sia dan hal itu menambah keyakinan maupun kepercayaan dirinya. Bunga lily berkata kepada diri sendiri : “Aku akan mekar menjadi sekuntum bunga yang indah. Kewajibanku sebagai bunga adalah mekar dan berbunga. Tidak peduli apakah akan ada orang menikmati keberadaanku atau tidak. Aku tetap harus mekar dan berbunga sesuai dengan jati diriku sebagai bunga lily.”
Hari demi hari, waktu terus berjalan. Akhirnya, kuncup bunga lily pun mekar dan menebar bau yang harum di sekitarnya. Kini tampaklah keindahan bunga berwarna putih yang sempurna. Saat itulah, rumput liar, burung-burung, dan serangga tidak berani lagi mengejek atau menertawakan si bunga lily.
Bunga lily pun tetap rajin memperkuat akar dan tumbuh terus. Dari hanya satu kuntum menjadi dua kuntum bunga. Berkembang lagi dan terus berkembang, sampai akhirnya tepian tebing pun diselimuti oleh hamparan putih bunga-bunga lily yang indah dan mempesona. Tebing terjal dan terpencil itu pun akhirnya berubah menjadi taman bunga lily yang indah dan menarik hati. Tempat yang semula sepi itu kini dikunjungi banyak orang. Baik dari kota maupun dari desa, semua kedatangan untuk menikmati keindahan permadani putih bunga lily tersebut. Akhirnya, tempat itu dikenang banyak orang dan terkenal dengan sebutan, Tebing Bunga Lily.

Cerita itu mengingatkan pada kita, bahwa kondisi kehidupan manusia disegala lapisan status sosial, terkadang juga kita diremehkan, dihina ataupun belum dipercaya oleh orang lain, atasan dll,  seperti kisah yang dialami oleh bunga lily.
Saat kita memiliki impian, ide, cita-cita atau apa pun yang menjadi keyakinan kita, kadang karena keadaan kita sendiri yang lemah saat ini, merasa tidak mampu dll. yang memungkinkan orang lain menertawakan, memandang rendah, bahkan meremehkan kita.   Sebenarnya hal seperti itu adalah sebuah fenomena yang wajar saja.
Jangan peduli ejekan orang lain, jangan takut dianggap remeh oleh orang lain,  tidak perlu menanggapi semua itu dengan emosi, jengkel, marah, apalagi membenci.  Sebaliknya kita jadikan keraguan dan ejekan tersebut sebagai cambuk untuk memperkuat tekad dan usaha untuk mencapi tujuan kita dan goal perusahaan.  Tetap yakin dan berjuang dengan segenap kemampuan yang ada, buktikan semua mimpi dapat diperjuangkan menjadi kenyataan. 
Selaras dengan pepatah yang menyatakan “A great pleasure in life is doing what people say, yo cannot do.” Kepuasan terbesar dalam hidup ini adalah mampu melakukan apa yang dikatakan orang lain tidak dapat kita lakukan.  Kita bisa lakukan yang terbaik bagi diri kita dan perusahaan.
Menghadapi segala kesangsian dan keraguan orang lain, hanya satu jawabannya: buktikan bahwa kita bisa! Kita mampu! Hanya dengan bukti kesuksesan yang mampu kiita ciptakan, maka jati diri kita lambat atau cepat pasti akan diakui, pasti akan diterima
Jadikan Keraguan dan ejekan sebagai cambuk untuk memperkuat tekad dan perjuangan dengan segenap kemampuan yang ada, buktikan semua mimpi dapat menjadi kenyataan”


<<<back  Home  next>>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar